Beranda Catatan Politik Sehat Untuk Milenial.

Politik Sehat Untuk Milenial.

620
0
BERBAGI

Manado, 6/9-2018.

Politik Sehat Untuk Milenial

Apa yang ada di benak anda saat ini ketika mendengar kata politik? Pasti hal yang pertama terlintas adalah pemilihan presiden tahun 2019, dimana dua figur yang akan dipertemukan lagi dalam laga perebutan gelar RI 1. Serba-serbi yang disajikan dalam proses menuju pilpres tentunya menjadi tontonan yang menghibur bagi masyarakat Indonesia. Mulai dari saling sindir antara pendukung kedua tokoh, hingga aksi simpatisan yang kerap mengundang adu otot antar kedua kubu. Tak hanya itu, hiburan yang paling menarik yang disuguhkan adalah tagar #2019GantiPresiden.

Strategi persuasi bagi politik masa kini bukan hanya mengandalkan orasi ditengah kerumunan massa, melainkan kemajuan teknologi harus dimanfaatkan oleh Tim Sukses (Timses) untuk mencuri hati rakyat. Tagar yang wara-wiri di hampir semua media sosial sempat menduduki trending topic setelah dilengserkan oleh peristiwa gempa yang terjadi di Lombok dan momen Asian Games.

Milenial dan media sosial merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Hal ini dimanfaatkan oleh mereka yang berpolitik untuk menarik simpati anak muda. Tak heran, kini sosial media mendominasi aktifitas politik. Dengan kekuatannya, akses informasi semakin lancar sehingga transparansi politik semakin nyata. Dunia maya yang didominasi oleh kaum milenial membuat para penggiat politik berlomba-lomba menciptakan konten-konten kreatif demi menarik perhatian. Anak muda yang dulunya buta politik dan apatis, kini sudah mulai memperhatikan bahkan ada yang mulai turut ambil andil. Tidak main-main, partisipasi para milenial dalam dunia politik ditandai dengan lahirnya salah satu Partai Politik (Parpol) baru yang mengandalkan segmen anak muda untuk kontestasi Pemilu 2019.

Apatisme anak muda yang dikarenakan kurangnya role model, kini semakin berkurang karena kehadirannya pada 16 November 2014. Namun, berpolitik di media sosial bagaikan koin yang memiliki dua sisi. Kampanye dunia maya tak selalu berjalan mulus. Fanatisme dan antusias dari para simpatisan tak kadang menuai kontroversi. Isu yang gencar dilontarkan demi menjatuhkan satu pihak semakin marak, karena akses media sosial tidak mempunyai batasan. Hal ini merupakan momok bagi anak muda. Pengetahuan anak kemarin sore yang masih awam menjadikannya sasaran empuk provokasi.

Fenomena aktifitas politik di media sosial kini melahirkan tiga golongan pemuda. Pemuda yang sadar politik, yaitu pemuda yang mempunyai kepedulian terhadap politik serta cermat dalam mengamatinya, sehingga ia mampu menyaring dan mempertimbangkan informasi politik yang didapatnya. Kemudian ada pemuda yang apolitis. Pemuda seperti ini, masih melekat erat dalam dirinya sifat apatis. Politik baginya hanyalah sebuah permainan yang dimainkan oleh orang-orang tua. Dan yang terakhir, pemuda yang “sok politik”. Semangat politik yang membara namun belum berpengetahuan cukup adalah ciri-cirinya. Belum cermat dalam menghadapi isu serta terlalu gegabah dalam menaggapi, menjadikannya target utama para provotakor.

Tak ada salahnya mengenalkan politik pada anak muda. Malah hal ini merupakan proses kaderisasi untuk mempersiapkan para penerus bangsa. Populasi anak muda yang lebih banyak dari yang sudah tua, dan juga potensi yang dimiliki menjanjikan masa depan yang cerah bagi Indonesia. Namun edukasi dalam menghadapi dan menyikapi isu politik sangat diperlukan, agar semangat dan kesadaran politik milenial dapat terarah. (Gina Puspita)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here