BOLTIM lensasulut.com – Menjelang akhir tahun ketersediaan pupuk di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) menipis. Menurut Kepala Dinas Pertanian Boltim Setiono, kelangkaan pupuk memang sering terjadi apalagi diakhir tahun.
Kata dia, meskipun tak menampik, 2018 ini jumlah pupuk mencapai 70-an ton, namun tetap saja tidak mencukupi permintaan dari petani. Alasan lain dari kelangkaan pupuk di Boltim lanjutnya, yakni keterlambatan para pengecer dalam membayar hutang pupuk pada distributor pupuk yang resmi.
“Sehingga pihak distributor resmi enggan menyalurkan pupuk jika pihak pengecer tidak melunasi pupuk. Karena mereka mengeluhkan penyaluran pupuk ke pengecer kerap kali terhutang. Kami pun jadi dilema,” katanya.
Terpisah, Hendra salah seorang petani asal Purwerejo mengaku jika dirinya sudah lima bulan sulit mendapatkan pupuk. “Sudah lima bulan kami sulit mendapat pupuk. Kasihan tanaman yang kami tanam,” keluhnya.
“Apalagi ini sudah memasuki musim tanam sehingga membutuhkan banyak pupuk. Cuaca juga mendukung karena sudah mulai hujan. Tapi bagaimana jika pupuk tidak ada. Pemerintah harusnya segera tindaklanjuti hal ini,” pinta salah satu petani holtikultura ini sembari berucap saat ini ada pupuk tapi harganya sangat mahal.
Sementara itu, salah satu pengecer pupuk di Desa Bongkudai Baru, Jefta Sekeon mengakui, jika hingga kini pihaknya belum mendapatkan pupuk dari distributor resmi. “Sudah lima bulan lebih kita tidak mendapat jatah pupuk. Petani juga sudah banyak datang, tapi stok pupuk di gudang sudah habis, sementara distributor belum memberikan pupuk,” jelasnya.
Mengenai tunggakan, dia menekankan, pihak pengecer sudah siap melunasi jika pupuk sudah diserahkan pihak distributor. “Kalau pupuk sudah masuk, maka uangnya pun langsung dibayarkan. Karena petani sudah musim tanam namun kesulitan pupuk. Semoga instansi terkait bisa memperhatikan hal ini,” tukasnya. (mat rey kartoredjo)