MANADO LensaSulut.com — Prof DR BJ Habibie identik dengan Iptek. Mantan Menristek di era Presiden Soeharto ini, sangat dikenal di negara negara Islam karena penguasaan Iptek.
Saking dikenal, disegani dan dihormati, bila ia berkunjung ke satu negara (Islam), masyarakat pasti meng-eluh eluh-kannya, melebihi kedatangan tamu negara presiden.
“Hidup habibie…hidup habibie…” kira-kira begitulah. “Padahal saat itu, Habibie masih menjabat Menristek”
Setidaknya kisah ini disentil lagi oleh Ketua Umum MPP-ICMI Prof DR Jimly Asshidiqie dalam sambutannya di acara pengukuhan ICMI Sulut di Graha Gubernuran Bumi Beringin, Manado.
JImly mengisahkan Habibie, karena kesan itu cukup membekas. Dia pernah mendampingi mendiang Habibie saat berkunjung ke luar negeri. Kunjungan ke Turki dan Maroko di era tahun 1990-an “Luar biasa bentuk penghormatan pemerintah dan masyarakatnya,” ungkap mantan ketua Mahkamah Konstutsi (MK) ini.
Kesan ini pula yang digarisbawahi Jimly, bahwa masyarakat Islam dunia sangat menaruh harap adanya upaya penguasan Iptek, sebagaimana icon yang melekat pada sosok Habibie.
Dari ICMI, link and macth mtaq dan Iptek familiar di telinga, dan menjadi semacam fondasi dalam eksistensi organisasi tempat berhimpunnya para cendekiawan.
Iptek sendiri memang tak bisa dipisahkan dari cendekiawan itu sendiri. Apalagi mereka yang tergabung dalam ICMI, rata-rata berlatar belakang akademik yang tinggi.
Bagi Habibie, Iptek bisa bermanfaat bagi kemaslahatan umat, kalau imtaq-nya juga kuat. Makanya, sosok cendekia ICMI menjadikan Imtaq sebagai simbol keislaman dan ke Indonesiaan.
Dalam ART ICMI Bab I Pasal I, Cendekiawan muslim didefinisikan sebagai orang Islam yang peduli terhadap lingkungannya, terus menerus meningkatkan kualitas iman dan taqwa, kemampuan berpikir, menggali, memahami dan menrapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kehidupan keagamaan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan untuk diamalkan bagi terwujudnya masyarakat madani.
Tentu ini berbeda dengan pengembangan Iptek di negara sekuler yang hanya mengedepankan Iptek dan meninggalkan Imtaq.
Karena itu, Jimly menyatakan, dua faktor ini (Imtaq dan Iptek) sangat mempengaruhi maju mundurnya peradaban manusia. “Ini (Imtaq dan Iptek) harus menjadi fardhu ain-nya (hal wajib yang harus dilakukan dan dikembangkan) ICMI,” ungkap Jimly. (*jea)