BOLTIM, LensaSulut.com – Pagelaran budaya di negeri para bogani Timur Totabuan bertajuk “Kabela Fest 2022” yang diprakarsai Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sam Sachrul Mamonto, mencuri perhatian publik Jazirah Utara Selebes. Salah satunya tokoh pemuda Boltim, Zanjabil Wakid.
Ia menilai, aksi yang diperagakan pucuk pimpinan Boltim bersama seluruh jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada Hari Ulang Tahun (HUT) Boltim ke-14 tersebut, sangat menarik dan menyita banyak perhatian masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) bahkan di luar wilayah.
“Pertama tentu secara pribadi saya dan seluruh masyarakat Bolaang Mongondow Timur ingin menyampaikan selamat hari lahir Bolaang Mongondow Timur yang ke empat belas tahun. Dan apresiasi saya sebagai anak muda Boltim terkait pagelaran budaya yang mengangkat tajuk kabela festival yang diprakarsai oleh Bupati Boltim dan seluruh jajaran SKPD,” ucap Wakid, Kamis 21/7/2022.
Praktisi pendidikan ini menyebutkan, pertunjukan budaya ini tidak terlepas dari keterlibatan semua unsur. Baik itu pemerintah, masyarakat, para tokoh adat, tokoh pemuda dan seluruh stakeholder.
“Menurut saya ini perlu dilestarikan, mengingat pagelaran budaya seperti ini mungkin yang pertama kali dilaksanakan di Bolaang Mongondow Raya (BMR), sehingga event semacam ini ke depan perlu kita laksanakan kembali dan dikemas kembali sebaik mungkin karena budaya sangat penting bagi kemajuan daerah,” terangnya.
Menurut Wakid, “Kabela Fest 2022” ini ke depan harus dilaksanakan regular tiap tahunnya, terlebih banyak aspek diangkat dipermukaan dan salah satu memetik banyak perhatian yaitu tarian dana-dana. Mulai dari anak sekolah baik di jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sangat bergairah mengikuti tarian tersebut.
“Saya melihat antusiasme masyarakat Boltim terhadap tarian adat Bolmong sangat baik. Bahkan hampir seluruh desa di Boltim setiap harinya mengikuti latihan dana-dana. Anak-anak sekolah baik ditingkat SD, SMP dan SMA juga saya lihat begitu antusias dengan tarian dana-dana ini, sehingga ke depan menurut saya hal semacam ini perlu untuk terus dilestarikan,” kata pria berdarah arab ini.
Dituturkannya, salah satu indikator komponen pembangunan daerah adalah budaya, maka dari itu dorongan bupati dan seluruh SKPD dalam memperkuat nilai budaya Bolaang Mongondow sudah layak, karena tidak hanya sekedar tarian adat saja akan tetapi seni dan pagelaran lainnya.
“Saya mendengar juga ada aksi teatrikal perjalanan bogani inde dou dan ini bisa saya klaim baru pertama kali dilakukan di BMR, dan Boltim menjadi pilot percontohan. Ini menurut saya, satu langka terobosan yang baik yang dilakukan oleh bupati dan seluruh jajaran SKPD Boltim. Bogani inde dou tak hanya dimaknai sebagai sebuah lambang, akan tetapi kita bisa mengetahui nampak jelas perjalanan sejarahnya. Karena hari ini generasi kita sudah sangat jauh dari nilai-nilai budaya itu sendiri,” ungkap Wakid.
Ia pun menyarankan, tarian dana-dana kolosal yang menghentak bumi Totabuan bagian Timur tersebut dapat tercatat dalam daftar Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai peserta terbanyak di Indonesia.
“Sekali lagi, kita perlu untuk mengapresiasi pegelaran kabela festival ini. Saya berharap pagelaran seperti ini dapat terus dilestarikan dan dilaksanakan, agar generasi saat ini ke depan dapat mengetahui nilai dan budaya Bolaang Mongondow. Saya juga mengusulkan agar tarian dana-dana masal ini dapat dimasukan dalam daftar rekor MURI sebagai penampilan dana-dana dengan peserta terbanyak di Indonesia,” tandasnya.
(Dath)