KOTABUNAN lensasulut.com – Melaksanakan pelayanan masyarakat selaku tenaga kesehatan, bagi Bidan Fitri Tumbelaka merupakan panggilan jiwa. Menurut dia, menunaikan tugas mulia tersebut tak punya batas. Bukan hanya di balik dinding kemewahan sebuah rumah sakit yang megah di perkotaan. Namun, di desa terpencil pun dirinya tetap gembira memerankan tugas-tugas kebidanan.
Ada banyak Puskesmas yang berada di daerah minim penghuni. Akan tetapi, tidak sedikit pula dokter, bidan dan perawat menolak ditempatkan di pedalaman. Diketahui, tenaga kesehatan bidanlah yang sering ‘dipaksa’ untuk berhadapan langsung dengan ratusan masyarakat di desa-desa terdalam.
Berbeda dengan kebanyakan. Wanita asal Desa Tombolikat Kecamatan Tutuyan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur ini tak ada keluhan. Meski memiliki banyak kesulitan, Bidan Fitri justru tulus dan enjoy bertugas di pedalaman. Ia tak pernah menolak mengaplikasikan ilmu kesehatannya di Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Bukaka. Dimana, desa ini merupakan daerah terpencil yang dibalut keterbatasan fasilitas umum.
“Saya semakin nyaman bekerja di Desa Bukaka. Suasana desa ini sangat tenang. Warga di sini semuanya baik dan welcome skali deng kita. Kita so nyaman di sini. Lebe bagus di sini jo trus, sudah jo pindah ka mana-mana,” ujar Fitri dengan logat kental Manado.
Wanita berparas cantik ini menambahkan, warga Desa Bukaka sering mengantarkan makanan ketika ia sibuk dan tidak sempat masak. Perhatian warga kepada dirinya, luar biasa. Itu bahkan tak mampu ia balas. Hanya dengan menunaikan tugas dengan penuh tanggung jawab yang bisa dilakukannya. Dia berharap, jika ada roling jabatan, dirinya masih ingin tetap bertugas di daerah pegunungan itu.
“Kalau misalnya ada roling, saya ingin tetap di Desa Bukaka. Sebab meski banyak pasien, saya tetap merasa nyaman di sini,” sebut Fitri.
Lajutnya, soal persedian obat-obatan di Desa Bukaka, tak ada masalah. Tidak pernah habis, tapi selalu tersedia. Sebab, Puskesmas Buyat senantiasa menyediakan dan langsung di-drop ke Puskesmas Bukaka. (rey)
