MANADO LensaSulut.com — Talawid, sebuah Desa di Kecamatan Kendahe, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara (Sulut) akhir-akhir ini menjadi perhatian setelah dilaunching menjadi kampung pesantren.
Perkampungan yang terletak di lembah dan diapit oleh pantai wilayah barat, utara, selatan, dan pegunungan (Talawid Atas) ini termasuk kampung terkategori isolasi geografis karena akses untuk menuju ke sana memakan waktu dua jam perjalanan darat dan pantai dari pusat pemerintahan kabupaten, tapi kampung ini justeru memiliki potensi alam serta situs sejarah untuk pariwisata.
Hanya saja, potensi ini terkendala oleh keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama kelangsungan pendidikan anak-anak untuk melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah. Hal ini kemudian menjadi perhatian Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Propinsi Sulut, setelah dilakukan survei Pusat Pengembangan Kajian Strategis Baznas RI, maka dilakukan pendampingan untuk meningkatkan SDM masyarakat Kampung Talawid yang dihuni oleh 1.077 jiwa (329 KK), dengan jumlah penduduk miskin dalam KK (188 KK), dan jumlah penduduk miskin dalam jiwa (614 jiwa). Alasan utama pendampingan untuk kampung Talawid yang berpenduduk 100% beragama Islam ini karena pendapatan rata-rata perbulan hanya Rp 650.000.
Launching Desa Talawid Kampung Pesantren, telah dilakukan oleh Baznas Sulut pada Sabtu (22/6/2019) lalu. Seperti apa Kampung Pesantren ala Baznas ini? Berikut penjelasan Ketua Baznas Sulut Hi. Abid Takalamingan, S.Sos, MH.
Saat ditemui di Kantor Baznas Sulut pada Selasa (25/6/2019), Abid menjelaskan, Kampung Pesantren yang dibentuk badan yang dipimpinnya itu bukan berarti berbentuk fisik pesantren.
“Pesantren yang dimaksudkan adalah dalam arti pendampingan dan pemberdayaan sumber daya manusia dan tidak dalam bentuk fisik, karena dana yang dikelolah oleh Baznas tidak bisa digunakan untuk pembangunan ruangan termasuk Masjid. Jadi keliru kalau diartikan berbentuk bangunan atau fisik,” jelas Abid.
“Program ini melibatkan seluruh masyarakat desa, mulai dari anak-anak hingga orang tua diberikan pendampingan dengan metode menurut kategori dan waktu belajar dan kurikulum agama, serta keterampilan untuk meningkatkan penghasilan penduduk. Sebelum dilakukan launching, Baznas terlebih dahulu melakukan uji coba selama 5 bulan, dengan mendatangkan Da’i dan tenaga pengajar dari luar daerah,” sambungnya.
Lanjutnya, konsep Kampung Pesantren ini telah mengakomodasi seluruh program Baznas Sulut, yaitu Baznas Peduli, Baznas Hebat, Baznas Sehat, Baznas Takwa, dan Baznas Makmur. “Baznas setempat juga telah berkoordinasi bersama pemerintah daerah, untuk kembali mengaktifkan Puskesmas Pembantu di desa tersebut, yang beberapa waktu terakhir sempat tidak berfungsi,” urainya.
“Dalam program ini rencananya, Kampung Talawid akan didampingi selama tiga tahun, dengan target menjadi destinasi wisata religi, dengan jadwal kegiatan keislaman rutin. Kedepan kami berharap, desa ini akan menjadi destinasi wisata religi. Apalagi di desa ini sebenarnya ada beberapa situs sejarah kerajaan yang nantinya akan menjadi daya tarik tersendiri sebagai objek yang layak dikunjungi,” pungkasnya.
Adapun launching Desa Talawid sebagai Kampung Pesantren itu turut dihadiri Asisten I Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut Edison Humiang, Wakil Bupati Sangihe Helmut Hontong, dan jajaran Forkopimda Sangihe. (jea)