MINUT LensaSulut.com — Dalam Pembukaan UUD 1945 telah dirumuskan bahwa “Negara bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa”.
Namun dari beberapa sumber, saya mendengar tentang adanya mutasi guru dari sekolah swasta yang berstatus ASN ke sekolah Negeri terdekat.
Pertanyaan saya adalah ; bagaimana nasib sekolah-sekolah swasta di desa-desa? Padahal selama ini para pendahulu telah merintis sekolah-sekolah itu demi anak cucu mereka agar bisa baca, tulis, dan hitung.
Dan bagaimana nasib anak-anak kecil di desa yang masih termasuk hidup dalam keluarga pra sejahtera dapat mengejar sekolah negeri yang letaknya jauh di desa tetangga?
Maka kemudian timbullah pertanyaan dalam benak saya, ada apa dengan dunia pendidikan kita sekarang? Lalu siapa yang pantas disalahkan?
Para pendahulu kita?, kita-kita kah?, atau para pemegang kekuasaan di tanah air kita?
Coba kita lihat para guru ASN sudah berjubel di sekolah-sekolah negeri, entah sedang apa mereka disana. Apakah mereka masih mendapatkan kursi dan kelas disana? Sementara di sekolah swasta di desa sedang mengap-mengap mencari pertolongan siapa saja lulusan SLTA yang bisa menolong membantu mengajar dengan gaji Rp 250.000,- per bulan. Belum lagi ada peraturan jika sekolah dengan jumlah siswa yang sudah tidak mencukupi 50 orang, berarti sekolah akan ditutup.
Dimanakah hati nurani para penggiat pendidikan di negeri ini? Sebegitu mudahkah merobohkan simbol ketulusan para perintis dengan gedung-gedung yang telah berdiri tegak dan para siswa yang menantikan sentuhan kasih para guru?
Apakah terlalu rugi negeri ini jika membantu menghidupkan sekolah swasta yg ada di desa?
Janganlah kita menyamaratakan sekolah swasta yg ada di kota-kota besar. Mereka sudah mandiri, bahkan bisa berinovasi dan berkreasi dengan sumber daya yang melimpah. Mereka bahkan bisa mengalahkan sekolah-sekolah negeri yang lemah.
Mari merenung wahai para penggiat dunia pendidikan, ingatlah anak-anak itu sedang merana bersama para orang tua yang tidak berdaya menerima segala peraturan yang tidak berpihak kepada mereka yang lemah.
Entah siapa yang akan memalingkan matanya untuk melihat kembali kesalahan-kesalahan yang telah diberlakukan; dan entah hati mana yang akan tersayat melihat luka dunia pendidikan yang sedang menganga. Masa depan mereka yang suram, yang perlahan tapi pasti anak-anak itu akan dirumahkan jika para keluarga pra sejahtera itu tidak lagi mampu memikul beban pendidikan.
Semoga hati nurani kita terketuk dan tidak akan malu mengubah kebijakan demi masa depan anak bangsa.
Lucia Selvi Tambani ( pemerhati pendidikan )