Oleh : KETUA BIDANG HIKMAH PC IMM BITUNG, MUHAMMAD NABIL BASO
Tragedi 26 september 2019 merupakan hal yang tidak bisa kita lupakan dikalangan aktivis. Pada hari itu kami kehilangan saudara kami Randy dan Yusuf Kardawi. Kematian mereka berdua membuat IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM) berduka.
Keadilan di Indonesia mulai merosot. Tahun lalu, kawan kita meninggal dengan peluru tertancap di dada. Randi dan Yusuf Kardawi gugur saat harus memperjuangkan RUU yang bermasalah.
Pihak kepolisian harus bertanggung jawab dalam kasus ini. Keterberpihkan kepolisian hari ini perlu dipertanyakan. Sudah satu tahun kasus ini dimulai sampai saat ini tidak ada kejelasan. Apakah ini menandakan hukum di Indonesia tajam ke bawah tumpul ke atas?
Di negeri yang demokratis ini selalu saja terjadi kesalah HAM dalam hal ini ketika para aktivis turun ke jalan selalu saja memakan korban. Seharusnya perihal masalah HAM ini pihak-pihak tersebut harus bertanggung jawab akibat hal tersebut.
Randi tertembak didada sebelah kanan, peluru kaliber 9 milimeter, yusuf kardawi pun menjadi korban, kepalanya retak dihantam benda tumpul. ini sebenarnya adalah tindakan yang kelewatan batas dan tidak mengikuti SOP yang berlaku.
Desakkan kami kali ini bukan hanya upaya memberikan kritikan melalui media-media tetapi, ketika tidak ada respon dari pihak yang KEPOLISIAN maka kami akan siap untuk turun kejalan mengawal aspirasi kami.
Mau sampai kapan HAM di indonesia selalu dibuat buta, mulut dibungkam. Apakah hal ini akan terjadi terus menerus?. Hari ini kami IMM BITUNG mengajak para kawan-kawan untuk bersama mengawal kasus HAM di negeri ini. Terutama kasus kematian saudara kami yang saat ini sudah satu tahun. Dan sampai sekarang tidak ada kejelasan terkait dengan kasus ini
Saya berharap kepolisian bisa berlakukan pelaku dengan hukuman yang setara. Dan semoga di aksi-aksi yang akan datang pihak-pihak keamanan bisa berlakukan sesuai dengan SOP yang berlaku. Agar tidak ada lagi korban jiwa yang berjatuhan.
(*ibang)