MANADO, LensaSulut.com – Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1446 Hijriyah, Paguyuban Warga Manado Asal Lamongan dan Sekitarnya akan menggelar tradisi Megengan pada Minggu, 23 Februari 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari warisan budaya Islam-Jawa yang terus dilestarikan oleh masyarakat perantauan, khususnya mereka yang berasal dari Lamongan dan sekitarnya.
Joko Irianto, Ketua Panitia Megengan 2025, menjelaskan bahwa tradisi ini merupakan wujud rasa syukur serta ungkapan suka cita dalam menyambut bulan penuh berkah.
“Megengan adalah tradisi yang diwariskan oleh para Wali Songo. Selain sebagai bentuk syukur, tradisi ini juga memiliki nilai-nilai mendalam seperti memperkuat tali persaudaraan, meningkatkan kerukunan, serta menjadi ajang refleksi dan dakwah dalam menyebarkan nilai-nilai Islam,” ujar Joko Irianto
Lebih dari sekadar ritual budaya dan keagamaan, Megengan juga menjadi momentum penting dalam membangun silaturahmi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga lainnya.
“Kami ingin menjadikan Megengan sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan pemerintah, sekaligus mendorong peningkatan perekonomian di Manado,” tambah Joko Irianto.
Dalam penyelenggaraan acara ini, berbagai majelis yang tergabung dalam paguyuban turut berpartisipasi aktif, di antaranya Majelis Al Hijrah, Majelis Al Hidayah, Majelis Maindu, Majelis Manut, Majelis Minut, Majelis Uswatun Hasanah, serta komunitas Sahabat Ngopi. Kehadiran mereka diharapkan semakin menyemarakkan kegiatan dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan.
Secara etimologis, kata Megengan berasal dari bahasa Jawa yang berarti “menahan”, merujuk pada konsep menahan hawa nafsu sebagaimana yang dilakukan selama bulan Ramadhan. Tradisi ini biasanya digelar pada pekan terakhir bulan Sya’ban, menjelang masuknya bulan suci.
Dengan semangat kebersamaan dan kekhidmatan, Paguyuban Warga Manado Asal Lamongan berharap Megengan tahun ini dapat berjalan dengan lancar dan semakin memperkuat ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat.
(jea)