MANADO LensaSulut.com – Kearifan Lokal Budaya Bakera (dalam tradisi dan bahasa Manado jaman dulu) berhasil dipopulerkan kembali melalui sebuah penelitian mandiri yang hampir dilupakan pada jaman yang sudah semakin modern.
Bakera sebagai salah satu alternatif kesehatan dan nilai-norma yang merupakan kearifan lokal masyarakat setempat (Manado).
Menurut pengetahuan lokal masyarakat setempat mulai tergeserkan dengan budaya modern. Sifat individualitas masyarakat mulai tampak, tidak peduli lagi dengan bahasa-bahasa lokal (daerah). Dengan demikian mulai sulit mencari generasi muda (informan) yang mengetahui nama-nama dalam bahasa daerah jenis tumbuhan, bahan/alat yang digunakan dalam Bakera.
Melalui psikoedukasi dan pendekatan Budaya Bakera (Maternity Spa) sebagai penanganan terhadap kecemasan Ibu nifas pada masa Pandemic Covid-19, berhasil ditorehkan berkat tangan dingin KAPRODI (Ketua Program Studi) Pendidikan Profesi Bidan di Universitas Muhammadiyah Manado (UNIMMAN) Irne Wida Desiyanti, S.ST., M.Kes., M.Keb bersama tim dan di bantu oleh 5 Mahasiswa Unimman.
Prestasi membanggakan ini merupakan sebuah langkah yang berani diambil dan penuh dengan usaha yang sangat luar biasa sehingga bisa sampai ke tahap ini oleh Irne yang juga sebagai Ketua IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Ranting Unimman.
“Pandemic Covid 19 memberikan dampak secara tidak langsung terhadap psikologis pada ibu nifas berupa stress, kecemasan, bahkan sampai pada tingkat depresi. Maka dari itu saya dan bersama team melakukan penelitian pemberian psikoedukasi melalui pendekatan budaya bakera kepada Ibu nifas,” tutur Irne.
“2 intervensi ini digunakan sebagai relaksasi agar ibu bisa lebih tenang dan stabil, sehingga psikoedukasi bisa diterima lebih baik dan hasilnya bisa menurunkan kecemasan ibu nifas dalam menghadapi masa nifas dan peran baru ibu,” jelasnya.
Irne juga menjelaskan, Pengobatan Tradisional Bakera yang dahulu memiliki nilai sebagai penyembuh.
“Tetapi di masa modern ini sudah mengalami perubahan. Bahkan sebagian masyarakat menganggap pengobatan Tradisional Bakera hanya sebuah pengobatan rutinitas bagi ibu-ibu pasca melahirkan yang dipertahankan namun tanpa mengetahui lebih dalam maknanya,” Urainya.
Irne juga menyarankan bagi ibu nifas, diharapkan Bakera dan Psikoedukasi dapat digunakan oleh ibu nifas sebagai metode yang dapat mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas dan dapat meningkatkan pemahaman dan informasi ibu tentang masa nifas, serta hal-hal lain tentang psikologis ibu nifas agar ibu lebih memahami tentang kondisi nya selama masa nifas.
“Bagi Tenaga Kesehatan, diharapkan tenaga kesehatan dapat memanfaatkan hasil penelitian sehingga bisa memberikan sebuah asuhan kepada ibu nifas yang mengalami kecemasan sehingga kecemasan ibu tidak berlanjut menjadi post partum blues,” pungkasnya.
Pelaksanaan penelitian ini didanai penuh melalui hibah Program Riset Keilmuan Akademik oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Oleh karena itu, tim peneliti mengucapkan terima kasih.
(iqbal)